Lemah Lembutlah dalam bertutur kata

Segala puji bagi Allah, Rabb yang berhak disembah. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.
Semakin maju zaman, semakin manusia menjauh dari akhlaq yang mulia. Perangai jahiliyah dan kekasaran masih meliputi sebagian kaum muslimin. Padahal Islam mencontohkan agar umatnya berakhlaq mulia, di antaranya adalah dengan bertutur kata yang baik. Akhlaq ini semakin membuat orang tertarik pada Islam dan dapat dengan mudah menerima ajakan. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita perangai yang mulia ini.

Milikilah sifat malu wahai saudariku

Saudariku yang semoga dirahmati oleh Allah … 
 
Seperti yang telah kita ketahui bersama, Islam adalah agama yang sempurna dan tidaklah satu perkara kecil pun melainkan telah diatur oleh Islam. Begitu juga dalam perkara wanita, Islam juga telah mengaturnya. Islam sangat memperhatikannya dan menempatkan para wanita sesuai dengan kedudukannya. Dan agama yang mulia ini juga telah mengatur begaimana adab-adab dalam bergaul, berpakaian, dan sebagainya. Di mana segala yang diperintahkan dan diatur oleh Allah dan Rasul-Nya pasti terdapat maslahah (kebaikan) di balik itu semua. Dan segala yang dilarang pasti ada mafsadah (keburukan) baik mafsadah itu murni ataupun mafsadah itu lebih besar daripada maslahah yang diperoleh.

Mawarku di Hari Esok

Perkenankan kami mengirim senyuman cita-cita yang kami mekarkan dari kejauhan kota kami. Senyuman cita-cita ini benar-benar bersemi seiring meredanya hujan sore tadi saat dedaunan muda mulai hijau melebat di dahan-dahan pohon flamboyan.

Menulis catatan akhir pekan bagian kedua ini, selanjutnya, perkenankanlah pula kami mengutip sebuah permintaan agung yang terlontar dari lisan seorang wanita. Ia begitu mengharapkan dentuman risalah langit yang akan menyuburkan kabahagiaan di taman hatinya. Tak hanya itu, dari permintaannya tersebut, ada beberapa mutiara yang bisa menjadi penabur hikmah bagi mereka (para wanita) di zaman ini.

Sehat Lebih Baik dari Kaya

Sebagian orang mungkin merasakan penuh kesusahan tatkala ia kekurangan harta atau punya banyak hutang sehingga membawa pikiran dan tidur tak nyenyak. Padahal ia masih diberi kesehatan, masih kuat beraktivitas. Juga ia masih semangat untuk beribadah dan melakukan ketaatan lainnya. Perlu diketahui bahwa nikmat sehat itu sebenarnya lebih baik dari nikmat kaya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ

Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia adalah bagian dari nikmat.” (HR. Ibnu Majah no. 2141 dan Ahmad 4/69, shahih kata Syaikh Al Albani)

Dan Bermekarlah Kuncup-kuncup Bunga Keimanan

Dengan bismillah mesra, kami semburkan tinta ini untuk hati yang tengah gundah dan gulana. Semoga Alloh meridhoi dan menjadikan kami dan anda sebagai orang yang ikhlas dalam beramal. Pula, semoga dengan hitam diatas putih ini adalah saksi agar kami dapat menatap wajah-Nya kelak di Surga, sebuah negeri penuh cinta.

Sahabat,  begitu sering kegalauan jiwa menginangi hati. Jadilah hati itu gundah. Gelisah pun secara perlahan mendominasi hingga pikiran jernih tak lagi diraih. Telah tiba musim jenuh yang memalaskan raga untuk peragakan amal shalih, mendiamkan hati agar tak terpaut dengan Allah, dan membisukan lisan agar tak semburatkan sejuta kebaikan.
Kapankah datang musim semi yang menghadiahkan pucuk-pucuk keimanan bagi dahan jiwa?
Kapankah bertandang musim hujan yang menunaskan rumput-rumput ketakwaan?
Tenanglah sahabat. Kepadamu, dari sudut beranda kalbu, kami bisikkan semilir untaian kata bahwa hanya karena Alloh lah kami mencintaimu. Sehingga tak pelak kami goreskan tinta ini untuk kami dan untukmu.
Pun kiranya tak perlu banyak kata untuk membuatmu menjauhi tulisan ini, dan tak perlu pula sajak bintang berirama indah untuk membuatmu punah dari gundah. Tapi di tulisan ini, kami berharap ada banyak rasa yang akan membuatmu jadi permatanya. Maka tetaplah disini. Buka mata dan hati. Tersenyumlah, karena senyummu adalah begitu indah sejukkan hati.

---000----000---
Sahabat,
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Salah satu di antara tujuh golongan orang yang akan diberi naungan Allah pada hari kiamat adalah; seorang yang mengingat Allah lantas kedua matanya pun mengalirkan air mata.” [1].
Tapi…
Tapi…
Bagaimana mungkin hati bisa tersentuh dan mata membulirkan air yang menandakan sejuknya keimanan sementara saat ini hati kita tengah mati?
Sungguh kita adalah orang-orang yang menzhalimi diri sendiri dengan kemaksiatan yang kita lakukan. Mata kita ini bukan menangis karena takut pada Alloh, namun karena sinetron cinta picisan. Mata ini terbangun pula di gulita mala namun bukan untuk bermunajat pada-Nya namun hanyalah sekedar untuk menelpon si “dia”, menonton acara-acara murahan.
Suara serak kita ini bukanlah karena bacaan tilawah Al-qur’an atau mengulang-ngulang hafalannya namun karena bersenandung lagu-lagu cinta ala anak muda. Hingga bait-bait lirik lagu lebih kita kenal dibanding bacaan indah Al-qur’an.
Bukan pula kata-kata yang baik dan enak terdengar namun kata-kata yang penuh dusta dan menusuklah yang terlontar.
Kaki kitapun, jarang kita dapati langkahnya untuk menuju majelis zikir, majelis ilmu, beribadah lima waktu di masjid, malahan degup langkah bertapak ke konser musik, Mall dan tempat shopping lainnya.
Ya Robbi, sungguh kami termasuk orang yang merugi. Ampunilah diri kami. Ampunilah kami.
Takutlah kita dengan azab Allohu ta’ala. Cobalah renungilah tentang maut. Saat sakaratul maut, terlihat demikian mudahnya arwah orang mukmin keluar dari raganya, akan tetapi bukan berarti bebas dari rasa sakit! Tidak, sekali-kali tidak.
Adakah keraguan pada diri kita bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang mukmin yang paling sempurna keimanannya? Akan tetapi kemulian dan kesempurnaan iman beliau tidak dapat melindungi beliau dari dahsaytnya sakaratul maut. Oleh karena itu, tatkala beliau menghadapi sakaratul maut, beliau begitu gundah. Beliau berusaha menenangkan dirinya dengan mengusap wajahnya dengan tangannya yang telah dicelupkan ke dalam bejana berisi air. Beliau mengusap wajahnya berkali-kali, sambil bersabda: "Tiada Tuhan Yang berhak diibadahi selain Allah. Sesungguhnya kematian itu disertai oleh rasa pedih." [2]
Pada suatu hari sahabat Umar bin Al Khatthab Radhiyallahu 'anhu bertanya kepada Ka'ab Al Ahbaar: "Wahai Ka'ab, ceritakan kepada kita tentang kematian!
Ka'ab pun berkata: “Wahai Amirul Mukminin! Gambaran sakitnya kematian adalah bagaikan sebatang dahan yang banyak berduri tajam, tersangkut di kerongkongan anda, sehingga setiap duri menancap di setiap syarafnya. Selanjutnya dahan itu sekonyong-konyong ditarik dengan sekuat tenaga oleh seorang yang gagah perkasa. Bayangkanlah, apa yang akan turut tercabut bersama dahan itu dan apa yang akan tersisa!" [3]
Syaddaad bin Al Aus berkata: "Kematian adalah pengalaman yang paling menakutkan bagi seorang mukmin, baik di dunia ataupun di akhirat. Kematian itu lebih menyakitkan dibanding anda digergaji, atau dipotong dengan gunting, atau direbus dalam periuk. Andai ada seseorang yang telah mati diizinkan untuk menceritakan tentang apa yang ia rasakan pada saat menghadapi kematian, niscaya mereka tidak akan pernah bisa menikmati kehidupan dan juga tidak akan pernah tidur nyenyak."

Bila demikian dahsyatnya rasa sakit yang menimpa seorang mukmin ketika menghadapi sakaratul maut, maka bagaimana dengan diri kita wahai saudara-saudara kami? Betapa banyak dosa dan kemaksiatan yang menodai lembaran amal kita? Sedang masihkah kita masih terpaku dengan pacaran, taruhan, judi, minum minuman keras dan tidak menutup aurat?
Sahabat..
Cobalah ingat kembali, rasa pedih dan sakit yang pernah kita rasakan ketika tertusuk atau tersengat api! Sangat menyakitkan bukan? Padahal syaraf yang merasakan rasa sakit hanyalah sebagiannya. Walau demikian, rasanya begitu menyakitkan, sehingga susah untuk dilupakan? Bagaimana halnya bila kelak pada saat sakaratul maut seluruh syaraf kita merasakan sakit. Disaat ruh kita berusaha berpegangan erat-erat dengan setiap syaraf anda sedangkan Malaikat Maut mencabutnya dengan keras dan kuat. Betul-betul menyakitkan. Penampilan Rasa Malaikat Maut yang begitu seram dan menakutkan akan semakin menambah pedih rasa sakit yang kita rasakan.
Sahabat,..
Siapkah kita menjalani pengalaman yang begitu menakutkan dan begitu menyakitkan?
Bila kita tidak kuasa menjalani sakaratul maut yang sangat menyakitkan seperti ini, maka mengapa noda-noda maksiat terus mengotori lembaran amal dan menghitamkan hati kita? Mengapa kaki terasa kaku, tangan serasa terbelenggu, mata seakan melekat dan pintu hati seakan terkunci ketika ada seruan beribadah kepada Allah?’ [4]
Ketahuilah bahwa itu hanyalah sedikit kabar bagaimana pedihnya sakaratul maut. Belum lagi ditambah dengan siksa kubur yang tak  kalah dahsyatnya dan juga pedihnya siksa api neraka. Sedang siksa neraka yang paling ringan saja adalah ketika kaki menginjak neraka dan membuat otak mendidih. Lemas diri ini membuat tulisan ini. Takut sekali rasanya. Ya robbi, sungguh zholim diri ini, maka ampunilah kami, jikalau Kau tidak mengampuni kepada siapa lagi hendak kami akan mohon ampun ini.
Kiranya, kami goreskan pena ini hanyalah untuk diri kami karena hati kami mati, kami yakin hati kalian masih bersemi.

***

Penulis : Erlan Eskandar
Penyunting & Penyelaras  Bahasa : Abdullah Akiera Van As-samawiey

________
Footnote :::

[1] HR. Bukhari dalam Kitab Ar-Riqaq [6114][2] HR. Imam Bukhari
[3] Riwayat Abu Nu'aim Al Asfahani dalam kitabnya Hilyatul Auliya'
[4] Sebuah renungan terhadap kematian, ust Arifin Badri, dari www.almanhaj.or.id , dengan s

Kan Selalu Engkau Kukenang

“.. .berkecamuklah rasa di dada. Tersemburatlah gelora asmara. Langit-langit hati sang wanita tengah menghujankan bibit-bibit cinta. Sebuah rasa yang tak diundang dan tak ingin berlalu begitu saja.. .”“…begitulah pula datangnya kuncup bahagia di hati sang wanita yang setelah menanti lalu mendengar jawaban lelaki itu. Terkikis sudah senandung cemas yang terbalut penuh harap..”

****
Wanita ini adalah wanita pendamba surga. Kami dapati bahwa dia adalah wanita yang menenangkan hati sang kekasih. Dia temani belahan jiwanya dalam suka, bahagia,duka dan nestapa. Kami saksikan pula bahwa dialah wanita bijaksana nan cerdik. Pula, ia adalah keturunan bangsawan kaya dan menjadi incaran banyak lelaki.
Percikan Kerinduan dari Sucinya Hati
Seperti wanita umumnya, kami dapati bahwa ia amat merindukan seorang sosok yang akan menjadi teman hidupnya. Ia membutuhkan sosok yang akan menemaninya mengarungi bahtera kehidupan.Berjumpalah wanita ini dengan lelaki dengan kepribadian yang diidam-idamkan wanita. Lelaki yang ia temui begitu agung lagi berakhlak mempesona. Lelaki tersebut tidak seperti laki-laki yang ia temui pada kaumnya. Lelaki itu begitu menenangkan kala dipandang dan tutur katanya jujur dan menarik perhatian. Berwibawa dan menjaga harga diri.

Berkecamuklah rasa di dada. Tersemburatlah gelora asmara. Langit-langit hati sang wanita tengah menghujankan bibit-bibit cinta. Sebuah rasa yang tak diundang dan tak ingin berlalu begitu saja.

Namun begitu, terbesit pikiran yang mengusiknya. Akankah pemuda dengan kebeningan hatinya tersebut mau menikahinya yang telah berumur kepala empat? Saat bingungnya mendengung, kami dapati rekan wanitanya datang mengunjungi. Rekannya mampu menangkap semburat rasa yang terpendam hingga wanita itu mencurahkan kegalauan hati dan perasaannya. Rekannya pun berhasil menenangkannya bahwa ia adalah wanita cantik dan memiliki kemuliaan nasab. Siapakah gerangan lelaki yang tak mau melamar wanita idaman sepertinya? Bergegaslah rekan wanita itu menemui sang lelaki seperti yang dipinta sang wanita. Setelah bertemu, rekan wanita tersebut berkata kepada laki-laki itu:
“… apa yang menyebabkan kau tidak menikah?”
Lelaki itu adalah orang yang fakir lagi yatim piatu. Sang ayah meninggal ketika ia dalam kandungan. Dan ketika masih kecil, ia pun ditinggal meninggal oleh sang ibu.Ia menjawab:
“tidak ada sesuatu yang bisa saya gunakan untuk menikah”.
Rekan wanita tersebut tersenyum sambil bertutur:
“sekiranya engkau diberi dan diminta menikahi wanita yang berharta, rupawan, mulia dan cukup, apakah engkau mau menerimanya?”
Laki-laki itu kemudian berkata:
“siapa?”
Rekan wanita itu kemudian menyebutkan nama sahabatnya yang tengah dirundung oleh besarnya pengharapan. Wajar memang karena wanita begitu dominan dalam hal perasaan.Gayung pun bersambut indah. Setelah mendapat nama wanita yang memang ia sangat kenal, lelaki tersebut kemudian berucap:
“kalau dia setuju maka saya terima”.
Subhanallah. Lampu hijau terlihat jelas menandakan akan dimulai proses selanjutnya. Mendengar ucapan tersebut, rekan wanita itu pun kembali menemui sahabatnya untuk menebar wewangian kabar bahagia yang baru saja didengarnya. Betapa riangnya wanita kita ini setelah mendapat berita.

Bak sejuknya tanah gersang yang kembali subur setelah dentuman hujan, bak cerahnya dedaunan muda yang indah menghijau bersemi, bak syahdunya kicauan burung menyambut mentari di pagi nan cerah, begitulah pula datangnya kuncup bahagia di hati sang wanita yang setelah menanti lalu mendengar jawaban lelaki itu. Terkikis sudah senandung cemas yang terbalut penuh harap.

Aduhai pena kami pun semakin bersemangat menarikan goresannya. Sang lelaki pun mengabarkan kepada paman-pamannya agar segera melamar sang wanita, walaupun sang wanita telah menjanda. Iya benar, wanita itu telah menjanda. Suami pertamanya meninggal kemudian wanita itu cerai dengan suami kedua. Namun itu bukanlah sebuah aib. Bukan pula sebuah cela. Adalah skenario dari Allah yang telah menetapkan yang terbaik bagi hamba-Nya. Tak ada yang mampu keluar dari rel takdir.
Rajutan Tali Pernikahan Nan Pernuh Berkah
Paman lelaki itu datang melamar sang wanita di hadapan pamannya. Maklum, ayah wanita kita ini telah wafat. Mahar dan penentuan akad nikah pun dibicarakan. Disepakati mahar kepada wanita itu berupa lembu dua puluh ekor.Di hari pernikahan, ijab kabul tengah berkumandang.

Lengkaplah sudah kebahagiaan yang menyelimuti sepasang kekasih. Sempurnalah mekar indah pucuk asmara. Telah tiba saatnya biduk harus berlayar di samudera kehidupan. Terhempas sudah karang-karang penantian yang bertengger di taman hati. Adakah jalinan yang indah selain jalinan dan untaian tali pernikahan?Adakah letupan-letupan cinta yang lebih menenteramkan hati sepasang muda-mudi selain dalam ikatan ini?Adakah hubungan yang lebih menabung kebaikan selain hubungan sah secara syar’i?

aduhai, kami telah tertampar. Kami tertampar pedas oleh pena kami sendiri agar bersegara menyempurnakan separuh din.

Saatnya Mengayuh Biduk di Samudera Kehidupan...
Dan wanita itu pun benar-benar menunjukkan dirinya sebagai wanita yang piawai me-manage perasaan dan alur lalu lintas permasalahan yang mungkin menyerang masing-masing pasangan. Ia tunjukkan sayang nan cinta kepada pangeran hatinya. Kami dapati bahwa ia adalah wanita dengan mata air kasih yang bercucuran penuh keseejukkan, penuh kelembutan dan kebaikan. Dialah kekasih hati yang menjadi tumpahan berkeluh kesah. Dialah sosok yang nyaman sebagai sandaran bagi sang suami kala raga begitu letih mengarungi dunia luar rumah sekaligus gelanggang dakwah. Sungguh begitu agung nan mulianya wanita ini. Cara pandangnya luas dengan visi yang jauh ke depan. Begitu membantu sang suami dari segi harta maupun spirit. Suaminya pun adalah orang pilihan yang telah ditetapkan Allah. Kami dapati bahwa dia adalah lelaki yang agung nan mulia pula. Begitu banyak ujian yang lelaki ini alami hingga menjadikan sedih dan gulana. Begitu banyak cercaan dan siksaan yang ia hadapi dari orang-orang yang amat membencinya. Begitu banyak makar dan propaganda untuk membunuhnya. Dan memang demikianlah sunatullah bagi orang-orang yang menyebarkan agama Tuhannya. Akan selalu ada badai yang siap menghantam perjuangan di jalan keimanan.

Ia menyaksikan darah mengalir. Ia menyaksikan pedang terlalu sering beradu. Ia menyaksikan jasad-jasad terbujur kaku. Kami dapati lelaki itu mengalami beberapa kemenangan dan pula kekalahan. Ia saksikan kawan-kawannya terbunuh.

Dialah lelaki yang menebarkan wewangian pesona agama kita yang mulia. Dialah sosok yang tiada pamrih. Tiada ingin dipuja atau dipuji. Dialah sumber kebaikan. Duh, mata pena kami berkaca dan bergetar menuliskan tentangnya.Pantas saja Allah telah menganugerahkan wanita mulia nan brbudi luhur teruntuk lelaki itu. Allah mempersatukan dua kemuliaan untuk memenangkan agama-Nya di muka bumi.

Allahu akbar. .Allahu akbar…

Begitu mulianya dua insan itu.Pena kami kembali membulirkan air matanya karena kemuliaan mereka.Wahai pena. Kabarkanlah bahwa kami begitu rindu untuk bertemu.<span>

Telah Tiba Saatnya Berpisah...
Kami kabarkan kembali bahwa wanita kita ini adalah nikmat Allah yang besar bagi sosok lelaki itu. Mereka arungi bahtera cinta selama seperempat abad. Telah berlalu sejuta kenangan. Wanita itu menghibur kecemasan suaminya, memberikan dorongan di saat-saat paling kritis, menyokong penyampaian risalah Tuhannya dan selalu membela pujaan hatinya dengan jiwa, raga dan hartanya. Telah tiba saatnya kita akan berpisah dengan wanita berbudi luhur itu. Telah tiba saatnya wanita itu harus meninggalkan sang kekasih karena malaikat maut sedang melaksanakan titah Rabb-Nya.Dan selanjutnyaaaaaa. .Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. . .

Selamat jalan wahai wanita yang melambangkan kesetiaan. .
Selamat jalan jiwa yang tenang. .
Selamat jalan duhai wanita yang berhati lembut di tengah lembah kekerasan. .

Selamat jalan wahai wanita teladan yang mengagumkan. .

Selamat jalan wahai engkau yang membela kemuliaan islam. .Selamat jalan engkau wahai istri yang arif nan bijaksana. .

Selamat jalan wahai engkau ibunda kaum muslimin, Khadijah binti Khuwailid. .

Wahai Bunda,.Kepergianmu telah meninggalkan duka dan sedih bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.. Bagaimana tidak, suka yang terkomposisi duka telah dicicipi bersama di arena kehidupan. Sungguh pilu hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang ditinggal belahan jiwanya..Tahukah engkau wahai Bunda, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyanjungmu di depan ‘Aisyah sehingga ‘Aisyah pun cemburu.‘Aisyah bertutur di tengah cemburu yang menggebu nan melanda:
“tidaklah aku cemburu atas seseorang dari istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana kecemburuanku atas Khadijah, sedangkan aku belum melihatnya sama sekali. Tetapi Rasul sering menyebutnya dan kadang-kadang beliau menyembelih seekor kambing lalu memotong-motongnya kemudian mengirimkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah. Sehingga kadang-kadang aku berkata kepada beliau:
“sepertinya di dunia ini tak ada wanita kecuali Khadijah.” [1]
Subhanallah. Begitu cintanya Nabi kami padamu, wahai Ummul Mukminin. Dan memang engkau amat pantas mendapatkannya walau ‘Aisyah memiliki kecantikan dan kepandaian. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memenuhi janjinya bahwa beliau tak akan menduakanmu selama engkau masih hidup dan walau usiamu telah lanjut. Kami mengetahui pula bahwa engkau bertabur putri-putri mulia yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fathimah. Mereka adalah pembela setia suamimu. .Begitu abadi cintanya.Engkau wahai Bunda, seperti yang kami dapati dalam kitab Nisa’ Fii Hayati al-Anbiya bahwa Rasulullah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata sambil memujimu:
“wanita penghuni surga yang paling mulia adalah Khadijah binti Khuwailid.” [2]
Pula dalam kitab yang lain yaitu Nisaa’ Haular Rasul war Radd ‘ala Muftariyaat al-Musytasyriqin, kami dapati pula pujian untukmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“sebaik-baik wanita di bumi di masanya adalah Maryam binti Imran dan sebaik-baik wanita di bumi di masanya adalah Khadijah binti Khuwailid” [3]
Wahai Bunda, keteguhanmu mendapat limpahan karunia dari Allah. Engkau memiliki andil besar dalam perubahan peradaban bagi para wanita.

Inilah surga Allah menaruh rindu untukmu. Allah dan malaikat Jibril pun menitipkan salam hangat dari langit ke-tujuh untukmu. Dan kepadamu, Allah telah menyediakan rumah istana dari permata. .

subhanallah

Kami dapati dalam kitab ar-Rahiq al-Makhtum bahwa Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“wahai Rasulullah. Inilah khadijah, dia telah datang membawa bejana, di dalamnya ada lauk pauk, makanan atau minuman. Sekiranya dia nanti mendatangimu maka sampaikan salam Rabbnya kepadanya serta beritakan padanya kabar gembira perihal istana untuknya di surga yang terbuat dari mutiara, yang tiada kebisingan maupun rasa lelah di dalamnya.” [4]
Akhirnya. . .

selamat menikmati rumah istana dari mutiaraselamat jalan ibunda orang-orang beriman. .Biarlah kami senantiasa mengenangmu di kedalaman qolbu. .Menyerap semangatmu yang terbit seiring fajar. .Dan lihatlah namamu ada dalam benak setiap muslimah. .Walaupun tak sesempurnamu, kami harap wanita-wanita kami mampu merengkuh keteladananmu di jalan ilmu. . .

Sekian,
Dari seorang lelaki yang berusaha meneladani kekasihmu tercinta di atas manhaj salaf,

Penulis: Fachrian Almer Akiera
(Yani Fachriansyah Muhammad as-Samawiy)
Mataram, di siang nan cerah secerah hati, ilmu dan akhlak orang-orang yang beriman.
(26 rajab 1431 H/ 09 juli 2010 M).Subhanaka allahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika..

Artikel www.remajaislam.com
________
Footnotes:
[1] Lihat takhrijnya dalam kitab Nisaa’ Haular Rasul War Radd ‘ala Muftariyaat al-Musytasyriqin hal. 110-111
[2] HR. ahmad dan al-Hakim. Dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah no: 1508
[3] HR. al-Bukhari (IV/230)[4] HR. al-Bukhari (I/539)

Referensi:
1. Kitab ar-Rahiq al-Makhtum karya syaikh shafiyyurrahman al-Mubarakfury. Penerbit Darul haq (2008), Cetakan X halaman 74-75 dan 161-162.
2. kitab Nisaa’ Haular Rasul War Radd ‘ala Muftariyaat al-Musytasyriqin karya Syaikh Mahmud Mahdi al-Istambuli dan Syaikh Musthafa Abu an-Nashr asy-Syalabi. Penerbit Maktabah Salafy Press (2009), cetakan VII halaman 35-46 dan 110.
3. kitab Nisa’ Fii Hayati al-Anbiya karya Syaikh Ibrahim Mahmud Abdul Radi. Penerbit Malmahira (2009), Cetakan I halaman 357-369.
4. Buku Seorang Ibu: Sebuah Dunia Penuh Cinta karya Amatullah Shafiyyah. Penerbit Gema Insani Press (2002), Cetakan I halaman 24-30.

Ucapan Lemah Lembut pada Orang Tua


Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Di zaman ini, akhlak baik kepada orang tua seakan semakin sirna. Apalagi sudah disibukkan dengan anak dan istri. Atau barangkali ada kesibukan yang sebenarnya tidaklah urgent, namun ketika ortu memanggil, jawaban sang anak, “Aduh Mama, ini lagi asyik nih. Trus saja Oci (panggilan akrabnya) diganggu.” Gitulah anak muda. Karena terpengaruh TV, lingkungan dan lainnya.
Tak tahukah kita bahwa bermuamalah baik dengan ortu adalah jalan menuju surga?

Berkenalan dengan Tauhid


Konon katanya Nabi Nuh Alaihissalam adalah Rasul pertama yang mendakwahkan tauhid pada kaumnya. Tugas mulia ini selalu diwariskan dari Nabi Nuh sampai ke Nabi kita Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam. Pada artikel ini akan dibahas mengenai tauhid. Bagi para pembaca, jangan kaget dulu ! Jangan bilang,”saya sudah tau kok, saya kan udah muslim,”! Nah, apalagi yang ngomong gini,”Waduh, tauhid lagi, tauhid lagi...dah bosen lagi...politik dong....”

Nah, masalah tauhid ini bukan perkara yang sembarangan. Kasih contoh aja Bani Israil yang dulu sering diturunkan Nabi dan Rasul kepada mereka, tujuannya apa sih ? Ya, untuk membikin mereka paham tauhid. Kalau memang tauhid gak penting, buat apa Allah repot – repot mengutus banyak Nabi dan Rasul kepada mereka. Nah..., sudah taukan tentang pentingnya tauhid..., ayo kita teruskan membaca tulisan ini !

Makna Tauhid
Tauhid secara istilah adalah beriman dengan wujud Allah dan meng – Esakan – Nya dalam hal rububiyah ( perbuatan ) dan uluhiyah ( ibadah ) dan beriman dengan semua nama – nama dan sifat – sifat – Nya.1
Pembagian Tauhid
Asy Syaikh Dr. Sholeh bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan2hafidzahullah menyatakan ( dalam kitab beliau3 ),”Dan dibagilah ( tauhid ) menjadi tiga melalui hasil penelitian ( para ulama ) dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam, dan ini adalah hasil penelitian dari mahdzab Ahlusunnah Wal Jamaah. Maka barangsiapa yang menambahkannya menjadi empat atau lima, hal tersebut adalah tambahan – tambahan belaka. Dan sesungguhnya para ulama telah membagi tauhid ini menjadi tiga pembagian dari Kitab ( Al Qur`an ) dan Sunnah. Semua ayat – ayat dari Al Qur`an dan As Sunnah tentang masalah aqidah, tidaklah lepas dari pembagian tauhid yang tiga ini.
1. Tauhid Rububiyah adalah mentauhidkan Allah dan meng – Esakan ( Allah ) dalam semua perbuatan – Nya, seperti mencipta, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan.
2. Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah
Uluhiyah bermakna ibadah kepada Allah Azza wa Jalla dengan ( motif ) rasa cinta, rasa takut, dan rasa harap kepada – Nya, mentaati perintah – Nya dan menjauhi semua larangan – Nya.
3. Tauhid Asma wa Ash Shifat adalah menetapkan semua ( nama dan sifat ) yang Allah telah tetapkan bagi diri – Nya sendiri atau nama dan sifat yang Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam tetapkan / kabarkan.
(sekian perkataan Asy Syaikh Dr.Sholeh bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan hafidzahullah )

Dalil – Dalil Pembagian Tauhid yang Tiga
Sebagai penguat dari perkataan Asy Syaikh Dr. Sholeh bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan hafidzahullah, kami akan mengutip sebuah contoh pendalilan tentang pembagian tauhid ini. Pendalilan tersebut berasal dari tulisan Asy Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz Al Jibrin. Berikut kutipan tulisan beliau :
”Dan Allah Ta`ala telah menyebutkan dalam Kitab – Nya yang agung mengenai pembagian tauhid dalam banyak ayat. Dan salah satu firman – Nya ( mengenai pembagian tauhid yang tiga ) adalah dalam surat Al Fatihah.

1. Alhamdulillahirobbil a`lamiin
Pada lafadz lillahmengandung tauhid uluhiyah, dan lafadz robbil a`lamiin mengandung tauhid rububiyah
2. Ar rohmaanirrahiim
( Pada ayat ini ) mengandung tauhid asma wa ash shifat
3. Maalikiyaumiddiin
( Pada ayat ini ) mengandung tauhid rububiyah
4. Iyyakana`budu waiyyaka nasta`iin
( Pada ayat ini ) mengandung tauhid uluhiyah
Dan ada banyak sekali ayat yang menjelaskan tentang pembagian tauhid ini dan penjelasannya pun cukup jelas. Selain itu, hal ini juga telah disebutkan oleh para ulama terdahulu dari umat islam dan semua madzab yang empat, seperti Hanifiyyah ( pengikut Imam Abu Hanifah rahimahullahu ), Malikiyyah ( pengikut Imam Malik rahimahullahu ), Syafi`iyyah ( pengikut Imam Syafi`i rahimahullahu ), dan Hanabilah ( pengikut Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullahu ).”4

Koreksi Bagi yang Mengingkari Pembagian Tauhid
Sebagian pembaca mungkin ada yang menyatakan bahwa pembagian tauhid yang tiga ini adalah perkara baru yang diada – adakan dalam agama islam, karena tidak ada satu petunjukpun dari Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam mengenai pembagian tauhid tersebut. Bukankah agama ini telah sempurna dan semua syariat telah Nabi Muhammad jelaskan melalui hadist – hadistnya ? Hal ini juga pernah disampaikan kepada Asy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rahimahullahu. Berikut ini kami tampilkan cuplikan jawaban syaikh atas pernyataan tersebut :
”Dan seandainya metode ( pembagian tauhid ) yang telah kami tempuh ini adalah suatu metode yang aneh / ganjil, maka kami juga mengatakan bahwa sesungguhnya pembagian syarat – syarat sholat, rukun – rukunnya, kewajiban – kewajibannya, dan rukun – rukun haji, kewajiban – kewajibannya, larangan – larangannya, dan apa – apa yang menyebabkan menjadi wajibnya haji, semuanya adalah perkara baru yang diada – adakan dalam agama. Dan kami tidaklah mengatakan seperti itu ( ibadah kepada Allah dengan perkara baru ). Dan bahkan kami menyatakan bahwa ini adalah suatu pendekatan ilmu agama menuju ke suatu pengamalan ( ini hanyalah wasilah / sarana dan bukan tujuan ). Maka benarlah tanpa keraguan sedikitpun bahwa pembagian tauhid menjadi tiga serta disebutkan pula syarat – syaratnya, rukun – rukunnya, kewajiban – kewajibannya, perusak – perusaknya dalam ibadah, semuanya adalah boleh ( hukumnya ). Dan sesungguhnya ini termasuk dari perkara sarana dan pendekatan, dan membatasi sesuatu dalam rangka menuntut ilmu syar`i. Dan kami menyebutkan bahwa sesungguhnya Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam sering menyebutkan pembatasan sesuatu dengan pembagian – pembagian, misalkan : Tujuh golongan yang bakal dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya ( lihat di Shohih Muslim Bab Zakat ) ; Ada tiga orang yang nanti pada hari kiamat tidak akan diajak bicara oleh Allah ( lihat di Shohih Muslim Bab Iman ).”5
Sekian dulu artikel ini dan Insya Allah kami akan melanjutkan mengenai pembahasan dari macam – macam tauhid tersebut. Semoga Allah menjadikan kita hamba yang mengerti tauhid dan mau mengamalkan ilmu tauhid tersebut. Amin

Penulis: Rizki Mula Saputra (Murid senior M. Abduh Tuasikal)


1 Tahdzib Tashil Al Aqidah Al Islamiyyah, Asy Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz Al Jibrin, halaman 19
2 Beliau adalah salah satu ulama besar yang masih hidup hingga sekarang di negeri Saudi Arabia.
3 At Ta`liqoot Al Mukhtasorot `ala matni Al Aqidah Ath Thohawiyyah, Asy Syaikh Dr. Sholeh Fauzan bin Abdullah Al Fauzan, halaman 28
4 Tahdzib Tashil Al Aqidah Al Islamiyyah, Asy Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz Al Jibrin, halaman 19 - 20
5 Syarah Aqidah Ahlu As sunnah Wal Jama`ah, Asy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin, halaman 15